Pada suatu
ketika, seorang laki-laki shalih tengah berjalan bersama sahabatnya. Ditengah
perjalanan, ia melihat seorang pemuda yang tidur diatas tanah dengan
berkasurkan dan berbantalkan debu, sementara dia selalu merintih. Ia pun
berkata kepada sahabatnya, “Mari kita singgah sebentar kepada orang yang sakit
ini.”
Sahabatnya berkata, “Dia bukanlah
orang sakit, secara batin dia termasuk muhibbin (para pecinta Allah).”
Kemudian ia datang menghampirinya,
ia menemuinya dalam keadaan memakai baju kasar bulu kambing yang sudah using
dan ia mendengarnya berkata, “Sungguh anehlah orang-orang yang sudah sampai
mengenal-Mu dan merasakan manisnya mencintai-Mu. Bagaimana mungkin ia akan
terputus dari pengabdian kepada-Mu?”
Dia terus mengulang-ulang perkataan
tersebut hingga pingsan. Laki-laki shalih itu berkata kepada sahabatnya, “
Orang yang gila tidak mungkin mengatakan kata-kata seperti ini dan tidak akan
begini!”
Tak berapa lama kemudian, pemuda
tersebut terbangun dari pingsannya. Dia melihat mereka berdua dan berkata,
“Mengapa kalian melihat kepadaku?”
Laki-laki shalih menjawab,
“Barangkali kami mempunyai obat yang akan menyembuhkan penyakitmu.”
Dia berkata, “Sesungguhnya orang
yang tertimpa penyakit ini mempunyai obatnya, tetapi obat itu mencari
orang-orang yang berobat.”
Lelaki shalih bertanya, “Dengan
apa?”
Dia menjawab, “Dengan meninggalkan
segala yang haram, berpaling dari dosa, selalu merasa diawasi Raja Yang
Mahatahu, shalat tahajud pada malam hari ketika manusia dalam keadaan tidur,
mencari harta sekadar mencukupi kebutuhan, sabar terhadap segala cobaan, baik
dalam keadaan susah atau senang, menyucikan diri, merasa puas ketika
mendapatkan kemampuan, selalu siap untuk mati dan menjawab pertanyaan Malaikat
Munkar dan Nakir, serta berdiri di hadapan Raja Yang Maha Berkuasa, kemudian
serahkanlah nasib ke surga ataukah ke neraka?” Kemudian dia menangis dalam
waktu yang lama.
Laki-laki shalih bertanya kepadanya,
“Sesungguhnya kami adalah tamu engkau, maka berdoalah engkau kepada Allah untuk
kebaikan kami.”
Dia menjawab, “Aku bukanlah termasuk
dari kuda lapangan pacuan ini.”
Laki-laki shalih dan sahabatnya pun
bersumpah dengannya, lalu dia berkata, “Semoga Allah menjadikan doaku ini
sebagai persembahan tuan rumah kepada tamunya, dengan ampunan untuk kalian,
menjadikan surga sebagai tempat kalian, serta menjadi ingat akan mati untukku
dan kalian dalam keadaan terus-menerus.”
Kemudian laki-laki shalih dan
sahabatnya itu pergi, sedangkan jiwa mereka serasa hidup mendengar indahnya
lafaz dan nasihatnya.
Mudah-mudahan kisah ini bisa menjadi
pelajaran yang berharga untuk kita semua.
ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 komentar:
Posting Komentar