INDAHNYA BERSUNGGUH-SUNGGUH DALAM IBADAH



Dalam semua kegiatan atau aktivitas termasuk dalam bekerja mesti harus bersungguh-sungguh atau professional, atau dalam bahasa agama disebut dengan itqan. Demikian juga dalam beribadah harus pula dilakukan dengan sungguh-sungguh (itqan), dalam sholat harus dilakukan dengan khusyu’. Bila segala sesuatu dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka hasilnya akan maksimal atau optimal, dan akan mendapatkan penilaian yang baik dari atasan atau Yang Maha Kuasa.

Dasar-dasar ibadah dan Beramal
                Ada satu dialog antara sahabat Mu’adz bin Jabal dengan Rasulullah saw. Rasulullah saw. berkata, “Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan?”Mu’adz berkata, “Tentu”. Beliau bersabda, “Puasa adalah perisai,
sedekah adalah tanda bukti, dan bangunnya seseorang di waktu malam untuk melakukan sholat malam (qiyamul lail atau tahajud) atau untuk beribadah itu menghapus dosa”. Seorang ulama pernah mengatakan bahwa asal ibadah itu ada tiga macam, yaitu: ibadah yang didasari dengan (1) rasa takut, (2) ada harapan, dan (3) ada rasa cinta. Tanda rasa takut adalah dengan meninggalkan segala hal yang diharamkan oleh Allah SWT, karena seseorang yang apabila tidak memiliki rasa takut kepada Allah SWT terhadap akibat atau konsekwensi dari perbuatan atau tindakan yang dilakukan akan mendapatkan sanksi berupa siksa neraka (QS. Rum: 44). Ada harapan, berarti selalu berusaha untuk selalu bersungguh-sungguh dalam beribadah atau meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah, karena dibalik kesungguhan dan peningkatan tersebut ada suatu harapan untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT dan akan dibalas dengan pahala atau ganjaran dan surge-Nya. Ada rasa cinta, berarti seseorang dalam melaksanakan ibadah harus didasari dengan rasa cinta, rindu kepada Allah SWT dan taubat kepada-Nya semata. Hal demikian merupakan symbol kedekatan kepada Allah SWT, karena dibalik hal tersebut ada kasih saying (rahmat) Allah SWT. Sebaliknya tanda maksiat itu juga ada 3 (tiga) macam, yaitu: sombong, rakus dna dengki. Sombong tampak pada iblis waktu diperintahkan oleh Allah SWT untuk bersujud kepada Nabi Adam as. , tapi mereka tidak mau sujud sehingga akhirnya dikutuk oleh Allah. Rakus tampak pada Nabi Adam as. sewaktu mendekati pohon terlarang (pohon khuldi), padahal menurut Allah SWT pohon tersebut terlarang untuk didekati, tetapi iblis melakukan tipu daya bahwa pohon tersebut harus didekati supaya kekal dalam surge, Nabi Adam dan ibu Hawa terpengaruh, akhirnya mereka berdua harus terusir dari surge. Dengki tampak pada putra Nabi Adam as., yaitu Qabil, dimana akhirnya ia harus membunuh saudaranya sendiri (Habil) karena merasa dengki, akhirnya ia dimasukkan ke dalam neraka.
                Pernah ditanyakan kepada Hatim, “Atas dasar apa kamu beramal?” Hatim menjawab, “Aku beramal berdasar atas 4 (empat) hal, yaitu: (1) aku mengetahui bahwa rizki untukku tidak akan lari kepada orang lain, sebagaimana rizki orang lain tidak akan datang kepadaku, maka aku mempunyai kepercayaan yang mantap dalam masalah rizki ini, (2) aku mengetahui bahwa aku harus mengerjakan kewajiban-kewajiban yang tidak bisa dilaksanakan oleh orang lain, maka aku sibuk untuk mengerjakan kewajiban-kewajiban tersebut, (3) aku mengetahui bahwa Allah SWT selalu melihatku setiap saat, maka aku merasa malu kepada-Nya, apalagi bila aku berbuat dosa dan maksiat, (4) aku mengetahui bahwa ajal mengejarku, maka aku harus pula mengejarnya. Seorang ulama menerangkan bahwa yang dimaksud dengan mengejar ajal adalah mempersiapkan diri dengan mengerjakan amal saleh, bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah SWT, menjauhkan diri dari segala hal yang dilarang Allah, dan berdoa kepada Allah SWT supaya diberi kekuatan untuk mengerjakan hal itu dan dan menjadikannya khusnuk khatimah (akhir yang baik).

Kelompok-kelompok manusia
                Diriwayatkan dari Yahya bin Mu’adz ra., ia berkata, ‘Manusia itu terdiri dari tiga kelompok, yaitu (1) orang yang kesibukan akhiratnya mengalahkan kesibukan dunianya, (2) orang yang kesibukan dunianya mengalahkan kesibukan akhiratnya, (3) orang yang kesibukan dunia dan akhiratnya seimbang. Kelompok pertama, termasuk tipologi orang yang beruntung, karena mereka ahli ibadah. Kelompoik kedua, termasuk tipologi orang yang merugi, mereka adalah orang dzalim, fasik, fasad, kufur, munafik, musyrik dan sebagainya. Kelompok ketiga, termasuk tingkatan orang-orang yang masih dipertanyakan keselamatannya dia akhirat kelak, karena bisa jadi mereka salah memasang orientasi, lebih mengutamakan pada kepentingan dunia” (QS. Hud: 15-16).
                Seorang alim Hatim Az-Zahid pernah menyampaikan bahwa ada empat (empat) hal yang tidak diketahui, kecuali dengan 4 (empat) hal yang lain, yaitu (1) nilai muda tidak akan diketahui kecuali oleh orang-orang yang sudah tua, (2) nilai selamat sejahtera tidak akan diketahui kecuali oleh orang-orang yang ditimpa musibah, (3) nilai sehat tidak akan diketahui kecuali oleh orang-orang yang sedang sakit, (4) nilai hiduo tidak akan diketahui, kecuali oleh orang-orang yang sudah meninggal dunia. Oleh karena ituu, setiap orang harus memahami nilai hidupnya seperti yang pernah dikemukakan oleh Rasulullah saw, yaitu muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, lapang sebelum sempit, kaya sebelum miskin dan hidup sebelum mati. Nilai-nilai tersebut harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dari kesempatan yang ada, berusaha untuk mempertanyakan kepada dirinya sendiri bagaimana keadaannya di masa yang akan datang, memikirkan penyesalan lebih awal bagi orang-orang yang telah meninggal dunia, karena sesungguhnya mereka itu berangan-angan untuk bisa kembali hidup di dunia lagi meskipun hanya sekadar bisa mengerjakan sholat dua rakaat atau mengucapkan kalimat ‘laa ilaaha illallah’. Maka, setiap orang harus bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah SWT sebelum datangnya penyesalan dan kerugian yang sebenarnya di akhirat kelak.

Tekun dalam beribadah dan rintangannya
                Tanda-tanda bahwa seseorang sungguh-sungguh tekun dalam beribadah ada tiga, yaitu (1) hatinya dipergunakan untuk berpikir dan menggali keagungan Allah SWT, (2) lidahnya dipergunakan untuk banyak berdzikir (mengingat) Allah SWT, (3) badannya banyak dipergunakan untuk beramal dan beribadah. Tanda bahwa seseorang menipu dirinya sendiri ada 3 (tiga), yaitu (1) senang memuaskan syahwat dan merasa tenang atau puas dengan dosa-dosanya, bahkan dosa-dosanya menjadi kebiasaan dan budayanya, (2) menunda-nunda untuk bertobat dengan panjang angan-angan, misalnya dengan mengatakan, “nanti dulu untuk bertobat, menunggu umur sudah tua saja, masa muda harus dihabiskan dengan bersenang-senang dan foya-foya”, (3) mengharapkan negeri akhirat tetapi tanpa mau beramal atau mempersiapkan bekal yang sebaik-baiknya unruk kehidupan setelah mati (akhirat).
                Abu Bakar ra. pernah menyampaikan pesan kepada para sahabatnya: “Manusia itu berhadapan dengan 6 (enam) persimpangan, yaitu (1) iblis/syaithan berada di depanmu yang selalu berusaha untuk mengajak manusia untuk meninggalkan agama, (2) jiwa di sebelah kananmu yang selalu berusaha untuk mengajak manusia kearah maksiat, (3) nafsu disebelah kirimu yang selalu berusaha untuk mengajak manusia memenuhi syahwat, (4) dunia dibelakangmu yang selalu berusaha untuk mengajak manusia untuk meninggalkan akhirat, (5) anggota tubuh disekitar tubuhmu yang selalu mengajak manusia untuk melakukan dosa, (6) Allah Azza wa Jalla berada diatasmu yang selalu berusaha mengajak manusia untuk mendapatkan ampunan-Nya dan masuk ke dalam surga-Nya.

Khatimah
                Dari gambaran dan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat bersungguh-sungguh dalam beribadah itu banyak sekali faktor rintangan atau halangannya. Kalau melihat dari apa yang dikatakan oleh Khalifah Abu Bakar ra. tadi, maka faktor penghalang atau rintangan dibanding dengan faktor pendorongnya adalah 5 : 1 yang artinya faktor-faktor penghalang atau rintangan jauh lebih besar daripada faktor pendorongnya. Bila kita tidak pandai mengelola dengan baik faktor-faktor penghalang atau rintangan tersebut, maka kita akan kalah atau terpengaruh oleh faktor-faktor tersebut, ibadah kita akan future (lemah) dan luntur. Wallahu a’lamu bishowab.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar: